+62 811-1300-9840
Waspada Penyakit Cacar Monyet
dr. Tisya Amalia, Sp. KK
Dokter Spesialis Kulit & Kelamin
Dunia kini tengah dikejutkan dengan maraknya penularan cacar monyet atau monkeypox. Meski ramai baru-baru ini, faktanya virus monkeypox ini pertama kali ditemukan pada 1958 dalam tubuh monyet, dan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970 di Kongo, Afrika Selatan.
dr. Tisya Amalia, Sp.KK seorang Dokter Spesialis Kulit & Kelamin di Rumah Sakit Premier Jatinegara akan menginformasikan lebih jelas mengenai virus cacar monyet ini. Hal ini agar semua orang bisa waspada sekaligus paham mengenai virus monkeypox ini hingga penularannya.
dr. Tisya menjelaskan bahwa cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang atau disebut zoonosis. Virus monkeypox merupakan anggota genus orthopoxvirus dalam keluarga poxviridae. Genus orthopoxvirus juga termasuk virus variola yang merupakan penyebab cacar smallpox. dan virus vaccinia yang digunakan dalam vaksin cacar smallfox.
Penjelasan Kemenkes RI
Salah satu Dokter Spesialis Kulit & Kelamin terbaik di RS Premier Jatinegara ini mengatakan bahwa hingga tanggal 1 Juni 2022, belum ditemukan pasien terdiagnosis cacar monyet di Indonesia.
Ia pun melanjutkan, bahwa terkait munculnya kasus cacar monyet di Singapura, resiko penularan manusia ke manusia tidak mudah terjadi, karena memerlukan kontak erat dalam waktu yang lama. Sehingga risiko penyebaran ke Indonesia pun dinilai sangat rendah.
Meski begitu, dr. Tisya berpesan agar kita juga tidak boleh menganggap sepele penyakit ini, dan tetap harus meningkatkan kewaspadaan, salah satunya dengan rajin mempelajari dan mencari informasi mengenai penyakit ini lebih dalam.
Gejala Cacar Monyet
dr. Tisya menjelaskan, gejala cacar monyet memiliki beberapa fase. Pertama adalah fase inkubasi yang merupakan jarak waktu dari infeksi sampai timbulnya gejala, biasanya 6-16 hari.
Gejala yang timbul diawali adalah:
· Sering mengalami demam disertai menggigil
· Berkeringat
· Sakit kepala
· Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
· Nyeri punggung
· Nyeri otot
· Lemas dan tidak nafsu makan
· Nyeri tenggorokan
· Sesak nafas
· Batuk dengan atau tanpa dahak.
Kemudian dalam 1 sampai 3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, maka akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit. Umumnya dimulai dari wajah, kemudian lengan, tungkai, tangan hingga kaki.
Ruam ini kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya hingga mukosa mulut, genital, serta mata secara bertahap. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang, mulai dari bintil merah seperti cacar, kemudian menjadi lepuh berisi cairan bening, lalu jadi lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau cropping lalu rontok.
Penularan Virus Monkeypox
Kata dr. Tisya, penularan virus monkeypox antarmanusia sangat mungkin terjadi, hanya saja jumlahnya jarang. Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit yang ditularkan oleh virus monkeypox dari hewan ke manusia.
Hewan yang berpeluang menularkan mulai dari monyet, hewan pengerat seperti tikus, tupai, anjing, landak dan rusa. Kemudian penularan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit hewan yang terinfeksi hingga penularan karena mengkonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi.
Masuknya virus cacar monyet adalah melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, selaput lender, mata, hidung atau mulut.
dr. Tisya menjelaskan seseorang yang terinfeksi cacar monyet beresiko menularkan virus monkeypox sejak timbul ruam atau lesi. Setelah semua cropping rontok, seseorang sudah tidak beresiko menularkan lagi.
Namun perlu juga dipahami bahwa penyakit cacar monyet, bukan termasuk salah satu penyakit menular seksual. Artinya virus ini tidak bisa menyebar melalui sperma dan cairan vagina.
Hingga saat ini tidak diketahui apakah terdapat virus monkeyfox di cairan sperma atau cairan vagina. Sehingga pernyataan ini membutuhkan pengamatan dan penelitian lebih lanjut. Perlu ditekankan juga bahwa pasien dapat tertular saat berhubungan seksual dikarenakan kontak erat antar kulit, misalnya dari objek pembawa infeksi seperti pakaian.
Bahaya Cacar Monyet
Dokter Tisya Amalia mengatakan bahwa komplikasi cacar monyet dapat mencakup infeksi sekunder, yaitu gangguan pernapasan, sepsis, encephalitis, serta infeksi kornea yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Kasus kematian bervariasi nol hingga sebelas persen pada populasi umum. Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. secara umum kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit cacar monyet.
Kemudian dr. Tisya pun menjelaskan bahwa ada pasien yang rentan dan berisko tinggi cacar monyet. Dia memiliki risiko tinggi tertular cacar monyet karena beberapa hal di bawah ini:
· Pasien yang memiliki imunitas rendah
· Anak usia kurang dari delapan tahun
· Wanita hamil
· Wanita menyusui
· Memiliki penyakit penyerta dan penyakit berat lainnya
· Pasien yang memiliki keadaan membutuhkan perawatan rumah sakit
Pengobatan Cacar Monyet
dr. Tisya mengatakan bahwa hingga kini belum ada pengobatan cacar monyet khusus yang tersedia dan spesifik untuk infeksi virus monkeypox. Pasien yang terinfeksi virus monkeypox memilih jaringan dapat sembuh sendiri. Pasien cacar monyet dapat dirawat di ruang isolasi guna mencegah penularan terutama pada fase erupsi.
Begitupun dengan vaksinasi, saat ini tidak ada vaksinasi khusus untuk cacar monyet atau monkeypox. Namun dilaporkan bahwa pasien yang sudah dilakukan vaksinasi cacar vaccinia mempunyai gejala lebih ringan dibandingkan yang belum pernah divaksin. Sayangnya, vaksin tersebut saat ini susah didapat dan tidak tersebar luas di dunia, karena sudah tidak ditemukan lagi cacar smallpox.
Pencegahan Cacar Monyet
Menutup artikel ini, dr. Tisya Amalia, Sp. KK memberikan sedikit tips mencegah datangnya cacar monyet pada diri kita.
· Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
· Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primate.
· Membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
· Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.
· Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala seperti: demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit.
· Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.