Penyakit Hipertensi, Sebab dan Cara Mengobatinya

27 June 2022

dr. Muhammad Zaini, Sp. JP(K)

Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah RS Premier Jatinegara

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut sebagai penyakit orang tua. Hal ini lantaran, pada saat hipertensi menyerang tekanan darah terukur pada nilai 130/80 mmHg atau lebih tinggi. Perlu diketahui juga bahwa, tekanan darah ditentukan oleh jumlah atau total volume darah yang dipompa oleh jantung dan resistensi aliran darah di pembuluh darah/arteri.

Sehingga dari pengukuran tersebut, akan lebih tinggi jika jantung memompa darah lebih cepat dan atau arteri lebih sempit. Selain itu, kasus hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, namun tahukah kamu bahwa hipertensi bisa sembuh tanpa obat?

Untuk mengetahuinya Dokter Jantung & Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Premier Jatinegara yaitu dr. Muhammad Zaini, Sp. JP(K) akan menjelaskannya. Sebelum melangkah ke cara penyembuhan hipertensi tanpa obat, Dokter Muhammad Zaini menjelaskan pengertian hipertensi.

Penyakit Hipertensi Premier Jatinegara Hospital

Apa itu Hipertensi?

Menurut Dokter Jantung & Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Premier Jatinegara dr. Muhammad Zaini, Sp. JP(K), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah meningkat, jika tidak segera ditangani hipertensi bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit serius yang mengancam nyawa seperti, gagal jantung, penyakit ginjal, ataupun stroke.

Beliau melanjutkan, bahwa tekanan darah dibagi menjadi tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan saat jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan saat jantung saat relaksasi sebelum kembali memompa darah kembali.

dr. Muhammad Zaini menjelaskan hampir semua consensus/pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.

Pemicu Naik Tekanan Darah

Dokter Spesialis Jantung & Pembuluh Darah RS Premier Jatinegara ini mengatakan bahwa naiknya tekanan darah salah satunya bisa terjadi karena kondisi medis tertentu yang kita kenal sebagai penyakit hipertensi sekunder.

Sedangkan pada penyakit hipertensi premier atau esensial umumnya diidap oleh sekitar 90% orang yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, pada kondisi ini juga melonjaknya tekanan darah cenderung lebih rentan terjadi.

Penyakit Hipertensi Premier Jatinegara Hospital

Selain itu tekanan darah bisa juga dipengaruhi oleh irama sirkadian alias perilaku ataupun kondisi tubuh seperti saat menangis, berolahraga, marah, stres dan sebagainya. Kemudian naiknya tekanan darah secara tiba-tiba juga bisa terjadi karena berbagai faktor.

Berikut beberapa faktor penyebab hipertensi lainnya:

  • Usia
  • Obesitas
  • Konsumsi garam yang berlebihan
  • Meminum alkohol yang terlalu banyak
  • Jarang melakukan olahraga
  • Pola makan yang tidak sehat
  • stres

Mengontrol Tekanan Darah Agar Tetap Normal

dr. Muhammad Zaini, Sp. JP(K) mengatakan bahwa jika kamu memiliki riwayat tekanan darah tinggi, tentu saja wajib menjaga tekanan darah pada kisaran normal. Supaya tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius.

Berikut gaya hidup yang dapat sahabat Premier lakukan untuk menjaga tekanan darah di angka yang normal:

  • Hindari berat badan berlebih tekanan darah sering meningkat seiring bertambahnya berat badan.
  • Melakukan olahraga secara teratur.
  • Mengurangi asupan natrium atau garam.
  • Mengkonsumsi makanan sehat.
  • Batasi minum alkohol.
  • Berhentilah merokok, berhenti merokok membantu tekanan darah kembali menjadi lebih baik atau normal.
  • Mengatasi stres, oleh karena stres yang berlebihan secara kronis dapat memicu tekanan darah menjadi naik.

Penyakit Hipertensi Premier Jatinegara Hospital

Pengobatan Hipertensi

Terakhir, Dokter Muhammad Zaini, memberikan beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan untuk menangani hipertensi. Untuk pengobatan hipertensi ada dua metode yaitu tanpa pengobatan maupun dengan pengobatan.

dr. Zaini menjelaskan metode pengobatannya sesuai dengan buku pedoman hipertensi. Berikut penjelasannya:

Non farmakologis

Pengobatan hipertensi tanpa obat-obatan bisa dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat. Hal ini berguna untuk menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular.

Untuk penderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular lain. Pola hidup sehatnya harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Jika setelah rentan waktu tersebut tekanan darah masih tinggi maka segeralah memulai terapi farmakologi.

Pola sehat yang baik dan benar memiliki beberapa langkah yang harus diikuti dan diterapkan. Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan untuk menjalankan pola hidup sehat guna mengobati hipertensi.

Penurunan berat badan dengan cara mengganti makanan tidak sehat dengan beragam sayuran dan buah-buahan. Selain berguna untuk menurunkan tekanan darah, makanan sehat ini juga bisa terbebas dari diabetes dan dislipidemia.

Kurangi asupan garam, terutama makanan dengan tingkat garam tinggi seperti makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.

Olahraga rutin minimal sebanyak 30 – 60 menit/ hari dan lakukan paling tidak selama 3 hari perminggu. Olahraga yang dianjurkan ada berjalan kaki, mengendarai sepeda ataupun bisa juga menaiki tangga yang bisa dilakukan di tempat kerja.

Mengurangi konsumsi alkohol, maksimal 2 gelas perhari untuk pria dan satu gelas untuk wanita. Membatasi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.

Terakhir, berhenti merokok meski hingga saat ini belum ada penelitian mengenai efek langsung rokok dengan tekanan darah. Namun kebiasaan merokok bisa jadi salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.

Farmakolgi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.

Berikut beberapa rekomendasi obat-obatan yang bisa dikonsumsi penderita hipertensi sesuai dengan penyakit yang ditimbulkan dari tekanan darah tersebut.

1. Penyakit jantung koroner

Ada beberapa obat yang bisa dikonsumsi orang yang menderita hipertensi dan memiliki risiko penyakit jantung coroner. Berikut beberapa rekomendasi obat-obatannya:

Angina Pektoris Stabil Betablocker

Ini merupakan salah satu obat tekanan darah yang memiliki risiko jantung koroner dan menyebabkan timbulnya gejala angina. Obat ini bekerja dengan mengurangi iskemia dan angina, karena efek utamanya sebagai inotropik dan kronotropik negative. Dengan menurunnya frekuensi denyut jantung maka waktu pengisian diastolik untuk perfusi koroner akan memanjang.

Selain itu Betablocker juga menghambat pelepasan renin di ginjal yang akan menghambat terjadinya gagal jantung. Betablocker cardioselective (β1) lebih banyak direkomendasikan karena tidak memiliki aktifitas simpatomimetik intrinsic.

Calcium Channel Blocker (CCB)

CCB umumnya digunakan sebagai obat tambahan setelah optimalisasi dosis betabloker, bila tekanan diri tetap tinggi, angina yang persisten atau adanya kontraindikasi absolute pemberian dari betablocker.

CCB bekerja mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah. Selain itu, CCB juga akan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan efek vasodilatasi koroner.

Ace Inhibitor (ACEi)

Umumnya, obat ACEi digunakan untuk pasien penyakit jantung koroner yang disertai diabetes mellitus. Atau juga penderita yang tidak memiliki gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri.

Obat ini juga direkomendasikan untuk pasien hipertensi berusia >65 tahun, pasalnya ACEi memperbaiki hasil akhir kardiovaskular bila dibandingkan dengan pemberian diuretic.

Angiotensin Receptor Blockers (ARB)

ARBs diberikan pada pasien yang intoleran terhadap ACEi. Beberapa penelitian besar, menyatakan valsartan dan captopril memiliki efektifitas yang sama pada pasien pasca infark miokard dengan risiko kejadian kardiovaskular yang tinggi.

Diuretik

Obat ini masuk dalam golongan tiazid dan berguna untuk mengurangi risiko kejadian kardiovaskular.

Nitrat

Obat ini diberikan pada penderita angina yang belum terkontrol dengan dosis betablocker dan CCB pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Namun, ada data yang mengatakan penggunaan nitrat dalam tatalaksana hipertensi, selain dikombinasikan dengan hidralazin pada kasus-kasus tertentu.

2. Angina pectoris tidak stabil/Infark miokard non elevasi segmen ST (IMA-NST)

Pada tahapan ini, pasien hipertensi dengan sindroma koroner akut diobati dengan memperbaiki keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Usai diinisiasi, terapi antiplatelet dan antikoagulan.

Tatalaksana awal meliputi tirah baring, monitor EKG dan hemodinamik, oksigen, nitrogliserin dan bila angina terus berlanjut dengan pemdapat diberikan morfin sulfat.

Kemudian pada pasien hipertensi berat dan edema pulmonal akut bisa diberikan furosemide, ACEi dan nitrogliserin (IV). Selanjutnya juga ditambahkan obat lain dibawah pengawasan yang ketat.

Bila presentasi utama pasien adalah iskemia atau takikardia, maka dianjurkan untuk pemberian betabocker dan nitroglycerin (IV). Tekanan darah harus diturunkan sesegera mungkin, dengan monitor ketat pada kondisi iskemia dan serebral (25% dari Mean aterial Pressurepada 1 jam)

3. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-ST)

Seperti pada IMA-NST, dasar dari tatalaksana hipertensi pada pasien dengan sindroma koroner akut adalah perbaikan keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen miokard, setelah inisiasi terapi antiplatelet dan antikoagulan.

 

Penyakit Hipertensi Premier Jatinegara Hospital


untuk informasi & buat janji Dokter silakan menghubungi: